By Socrates – Provinsi Kepri, sangat pantas menjadi pintu gerbang wisata bahari Indonesia. Sebab, 96 persen wilayahnya laut dan keindahan alam bahari yang mempesona. Lokasinya yang sangat strategis memiliki 2.408 pulau.Apalagi, ada sebanyak 4.000 lebih yacht yang parkir di Singapura. Selain Batam, Tanjungpinang, Bintan dan Karimun, di Lingga ada zero equator yang menjadi incaran para yachter dan alam nan eksotik di Natuna dan Anambas.
Untuk mendongkrak kunjungan wisata asing, pemerintah menggelar sail, yakni turnamen reli yacht yang digemari turis asing dari berbagai negara.Tahun 2009, digelar Sail Bunaken dan selanjutnya Sail Banda, Sail Wakatobi dan Sail Morotai. Tahun 2013 digelar Sail Komodo bersamaan dengan Festival Derawan, Sail Raja Ampat dan Festival Danau Sentani, Sail Tomini dan Festival Boalemo. Dan tahun 2016 digelar Sail Karimata dan Festival Bahari Kepri.Yacht adalah kapal layar ringan dan cepat atau small cruise ship, awalnya digunakan untuk mengejar perompak di perairan dangkal. Namun, pamornya melejit setelah Raja Charles II dari Inggris berlayar dengan yacht. Kapal ini belakangan digunakan untuk menyalurkan hobi berlayar mengarungi lautan atau lomba balap yacht. Sampai kini, tradisi berlayar yang dilakukan orang kaya dengan yacht masih melekat.
Panjang yacht bervariasi. Mulai dari 6 meter atau 20 kaki sampai 30 meter atau 98 kaki lebih. Namun, kebanyakan yacht pribadi panjangnya sekitar 7 sampai 14 meter. Biaya pembuatan dan perawatan yacht tergantung dengan besarnya kapal. Biasanya, kapal ini disewa atau bahkan dibeli oleh miliarder di dunia sebagai simbol kekayaan mereka.
Nah, para pelayar alias yachter ini, bisa mengeluarkan uang US$ 123 per hari. Satu yacht sedikitnya berisi tiga pelayar sehingga uang yang mereka keluarkan US$ 369 per hari.Biaya tersebut belum termasuk biaya membeli bahan bakar, air bersih, perbaikan kapal, kebersihan, dan kebutuhan dasar lainnya.Para yachter bisa menetap minimal tiga bulan, bahkan satu tahun. Bisa dibayangkan berapa potensi uang yang akan beredar di masyarakat yang disinggahi kapal-kapal wisata itu.
Ribuan kapal yacht juga rutin mengikuti kegiatan reli dari Darwin, Australia dan masuk ke Indonesia dari Kupang. Selama tiga bulan, para peserta diizinkan mengunjungi beberapa destinasi wisata dengan jalur Kupang, Alor, Lembata, Riung, Makassar, Bali, Karimun Jawa, dan Kumai. Para peserta kemudian keluar dari perairan Indonesia melalui Batam.Thailand juga mengembangkan wisata bahari dan menjaring kapal-kapal yacht wisata dari seluruh dunia. Mereka mengembangkan wilayah Phuket sebagai pintu masuk para pelayar dunia. Begitu juga Pulau Tioman, Malaysia yang mengandalkan wisata alam dan disukai para yachter dari berbagai Negara.
Namun, Singapura yang memetik untung besar lantaran adanya marina berkelas internasional. Lebih 4.000 yacht memilih parkir di Singapura. Tarif parkirnya saja, 1.000 sampai 1.500 dolar Singapura per bulan. Para pemilik yacht lebih tertarik memarkir kapalnya di Singapura lantaran birokrasi di Indonesia yang bertele-tele.
Perbedaan yacht dan kapal pesiar adalah fokus dan tujuannya: yacht adalah kapal mewah yang dirancang untuk pengalaman pribadi yang eksklusif dan fleksibel. Sedangkan kapal pesiar adalah kapal komersial yang jauh lebih besar, menyediakan fasilitas hiburan massal untuk ribuan penumpang dalam perjalanan tetap.
Yacht lebih mengutamakan kemewahan, privasi, dan kemampuan menjelajahi lokasi terpencil, sementara kapal pesiar menawarkan rute tetap, suasana sosial, dan berbagai aktivitas komersial di atas kapal.
Kepulauan Riau yang memiliki 2.408 pulau besar dan kecil, alam bawah laut yang mempesona, sampai saat ini hanya jadi penonton. Potensi wisata yacht jauh dari harapan. Selama Januari 2016, Batam dan Bintan hanya dilayari 63 kapal yacht, yang masuk melalui pelabuhan Nongsa di Batam dan Bandar Bentan Telani, di Bintan. Biasanya, hanya 25 yacht yang singgah di Kepri.Peningkatan angka kunjungan yacht lantaran Bea Cukai Batam sudah mulai memanfaatkan teknologi digital YachTERS (Yacht Electronic Registration System). Bentuknya berupa aplikasi seperti Go-Jek. Lewat aplikasi ini, pemilik yacht bisa mengurus clearence aproval time Indonesian territory (CAIT) lewat ponsel mereka. Prosesnya dibuat sangat simpel, tak lagi serumit dulu.
Para yachter juga bisa menembus isolasi pulau-pulau terpencil dan memiliki potensi wisata bahari. Kehadiran mereka juga menggerakkan ekonomi warga tempatan. Sebenarnya, pemerintah sudah membuka peluang wisata yacht ini. Tapi, entah mengapa realisasinya lamban.
Yacht asing beserta awak kapal atau penumpang termasuk barang bawaan yang masuk perairan Indonesia untuk kunjungan wisata, diberikan kemudahan dalam bidang Clearance and Approval for Indonesia Terretory (CAIT), kepelabuhan, kepabeanan (customs), keimigrasian (immigration), dan karantina (quarantine) atau disebut dengan CIQP. Ini ditegaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 105/2015. Dua dari 18 pintu keluar masuk kapal dan perahu pesiar itu, berada di Kepri yakni Batam dan Bintan.
Kepulauan Riau, berpeluang besar mengembangkan wisata yacht ini dan men-jadi lahan bermain (playground) yacht dari berbagai negara. Apalagi, di Australia para yachter mengalami ancaman badai dan arus laut yang kencang. Sementara, Kepri adalah surga wisata bahari. Punya ribuan pulau, terumbu karang dan hutan mangrove dan pulau-pulau kecil nan eksotis.
‘’Kini, ada 169 negara yang bebas visa ke Indonesia. Kepri punya 17 pintu masuk dan terbanyak di Indonesia, punya zero equtor di Lingga yang jadi incaran yachter serta playground yang eksotik di Natuna dan Anambas. Juga sudah ada Mou antara Gubernur Kepri dengan Dubes Singapura menjadikan Kepri sebagai pintu gerbang wisata bahari Indonesia,’’ kata Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti, saat itu.
Setelah menyederhanakan aturan, apalagi yang membuat daya tarik para yachter datang ke Kepri? Antara lain, menyiapkan pembangu-nan marina atau terminal khusus, pembangunan dermaga, pemasangan sarana bantu navigasi pelayaran, kemudahan untuk fasilitas perawatan, atau perbaikan. Namun, marina hanya ada di Batam. Sayangnya, yacth belum menjadi gaya hidup orang Indonesia sehingga sangat sedikit yang punya yacht.
Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, khususnya Dinas Pariwisata, di kalangan para yachter dunia, beredar info soal birokrasi yang rumit, perlu dokumen setumpuk dan uang pelicin untuk oknum pejabat, istilah jam karet soal lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengurus dokumen, serta keamanan yacht saat lego jangkar di pelabuhan dan menjadi tontonan warga setempat.
Selain itu, ada hambatan soal bahasa Inggris, terutama di kawasan terpencil dan jauh dari pusat kota. Selain promosi arena bermain yacht, ada baiknya Dispar membuat panduan komunikasi untuk para yachter dalam bentuk tulisan dan audio. Termasuk mengingatkan yachter soal suku cadang mesin kapal layar yang sulit di dapat di Indonesia, terutama filter bahan bakar.
Mengapa Batam dan Kepri yang jauh lebih luas dibanding Singapura, tidak menjadi pilihan yachter? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi memilih atau tidak memilih berlayar ke Kepulauan Riau? Bagaimana cara mempromosikan, marketing dan branding Kepulauan Riau di era digital?
Ada empat alasan utama yang membuat Indonesia menjadi tujuan utama yachter atau pelaut perahu pesiar dari seluruh dunia. Yakni, kekayaan alam, iklim, keamanan dari bahaya bajak laut dan bebas taifun.
Indonesia umumnya dan Kepulauan Riau khususnya, memiliki alam yang indah. Iklim di Indonesia membuat yachter dunia bisa kapan saja berkunjung ke Indonesia. Indonesia tergolong aman dari aksi bajak laut, seperti yang sering terjadi di Filipina. Di Indonesia tidak ada taifun, beda dengan Thailand, Karibia hingga Taiwan.
Sejak 2015, pemerintah berupaya mendukung pengembangan wisata bahari, salah satunya dengan mengganti prosedur pemberian persetujuan untuk memasuki wilayah Indonesia (Clearance Approval for Indonesian Territory/CAIT) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2015 tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing ke Indonesia.
Aturan tersebut menghapuskan CAIT sehingga yachter tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan izin masuk ke Indonesia. Sehingfa perubahan dari CAIT ke sistem registrasi, pengurusannya bisa sejam dari sebelumnya bisa sampai tiga sampai enam bulan. Targetnya adalah, 6.000 yatcht masuk ke Indonesia.
Selama ini, wisatawan yang datang ke Kepulauan Riau, hanya melalui udara dan angkutan kapal ferry, terutama dari Singapura dan Malaysia. Wisata yacht akan memperluas segmen wisatawan yang datang ke Kepri. Selama ini, wisatawan asing dan para yachter, merasa birokrasi berkunjung ke Kepri berbelit-belit, lantaran terlalu banyak instansi yang terlibat.
Mulai dari imigrasi, beacukai, karantina, syahbandar, lanal, travel agent, moda angkutan udara, laut dan darat, kepolisian, pemerintah setempat dan pihak-pihak yang merasa terlibat dalam prosedur kedatangan wisatawan tersebut. Perlu kebijakan untuk memberi kemudahan Customs, Imigration, Quarantine, Port (CIQP) untuk para yachter.
Industri yacht saat ini semakin populer sebagai simbol kemewahan. Yacht adalah kapal mewah yang dirancang khusus untuk rekreasi dan hiburan di atas air. Berbeda dengan kapal biasa, yacht umumnya dimiliki atau disewa untuk keperluan pribadi dan sering dikaitkan dengan gaya hidup eksklusif.
Di Indonesia, dengan banyaknya tujuan wisata maritim, yacht berpotensi menarik banyak wisatawan asing.Untuk mengembangkan industri yacht, perlu dibangun infrastruktur yang memadai seperti marina dan fasilitas perawatan yacht. Mengingat potensi yacht yang cukup besar, pemerintah dan swasta perlu bekerja sama.
Langkah-langkah seperti memberikan insentif, promosi pariwisata, dan perlindungan lingkungan sangat penting. Dengan dukungan yang tepat, industri yacht bisa menjadi penggerak ekonomi yang signifikan dan menjadikan Indonesia sebagai pusat wisata maritim dunia. ***