By Socrates – Bandar Udara Hang Nadim pada awalnya adalah bandara perintis dan mulai beroperasi tahun 1973. Saat itu, statusnya sebagai pelabuhan udara khusus dengan landasan pacu hanya sepanjang 700 meter untuk menunjang operasional Pertamina. Pesawat yang beroperasi saat itu adalah type Skyfan, Britain Norman dan Casa.
Pembangunan bandara Hang Nadim dilakukan setelah Presiden Soeharto mengeluarkan Keppres Nomor 74 tentang Pengembangan Pembangunan Pulau Batam menjadi Daerah Industri pada tanggal 26 Oktober 1971. Pada masa kepimpinan Ibnu Sutowo, proyek pembangunan bandara di Pulau Batam sudah dimulai pada tahun 1974. Pada awalnya direncanakan ditempatkan di Tanjung Uncang, kemudian dipindahkan ke Batu Besar dikarenakan adanya aturan penerbangan internasional.
Pada tahun 1978 status bandara Hang Nadim ditingkatkan menjadi pelabuhan udara umum, seiring dengan pengembangan Pulau Batam oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB) berdasarkan Keppres 41/1973. Tahun 1983 Hang Nadim ditetapkan sebagai pelabuhan udara kelas II yang diresmikan Presiden Soeharto dengan nama Pelabuhan Udara Hang Nadim.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan Batam, bandara Hang Nadim mulai dioperasikan dan jadi bandara komersil sejak 1 Januari 1984 ditandai untuk pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu (runway) sepanjang 4.025 meter. Sampai saat ini tahun 2025, menjadi landasan pacu terpanjang di Indonesia dan kedua di Asia Tenggara, setelah Kuala Lumpur.
Setahun kemudian, 1 Januari 1985 bandara Hang Nadim menjadi bandara nasional dan mulai melayani penerbangan domestik yang melayani rute penerbangan langsung ke Jakarta, Surabaya, Bandung, Padang, Medan, Pekanbaru dan Palembang.
Penerbangan internasional dibuka secara resmi pada tanggal 1 Januari 1990 dengan melayani penerbangan internasional yang melayani rute penerbangan langsung ke bandara internasional Senai, Johor Bahru, Malaysia dan bandara internasional Changi di Singapura.
Tanggal 1 Januari 1995 namanya menjadi Bandar Udara Internasional Hang Nadim. Status bandara ini naik menjadi Bandara Kelas Utama Internasional. Hang Nadim sebagai Hub Airport. Visi bandara Hang Nadim adalah : Menjadi penyedia jasa kebandarudaraan bertaraf Internasional dalam menunjang dan mendorong keberhasilan pembangunan nasional di kawasan tujuan Investasi Asia Pacific di Batam.
Sejak 4 Juli 2019 bandara Hang Nadim dijadikan pangkalan udara militer tipe C di bawah kendali Komando Operasi Udara I untuk memperkuat dan mengamankan wilayah NKRI. Pangkalan udara ini berbagi landasan pacu untuk penerbangan militer dengan penerbangan sipil di Bandar Udara Internasional Hang Nadim.
Bandara Hang Nadim menjadi Badan Usaha Bandar Udara tahun 2014 dan menjadi salah satu badan usaha milik BP Batam . Berjarak sekitar 22 kilometer dari pusat kota Batam Kepulauan Riau, Bandara Hang Nadim berada di jalur perdagangan segitiga emas antara Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan kota Batam dengan seluruh dunia, Bandara Hang Nadim beroperasi di area seluas 1.762 ha dengan luas terminal mencapai 30.000 m2. Dengan landasan pacu sepanjang 4.025 m dan lebar 45 m, menjadikan Bandara Hang Nadim sebagai bandara dengan landasan terpanjang di Indonesia dan nomor dua di Asia Tenggara.
Dengan kondisinya saat ini, Bandara Hang Nadim dapat menampung 18 pesawat berbadan lebar dengan jenis Boeing 767. Bandara ini terbukti cukup efektif dan awalnya dikembangkan sebagai alternatif Bandara Internasional Changi yang diletak dari Singapura karena bandara ini memiliki landas pacu yang cukup panjang untuk menampung pesawat-pesawat jenis Airbus A380 dan Boeing 747.
Setiap harinya, Bandara Hang Nadim melayani rata-rata enam penerbangan. Kapasitas penumpang Bandara Hang Nadim ± 5 juta/tahun, dengan kapasitas saat jam puncak operasional mencapai ± 1.400 penumpang/hari.
Spesifikasi bandara
- Luas Bandara: 762 ha
- Luas Gedung Terminal: 000 m2
- Luas Terminal Kargo: 685 m2
- Luas Public Gardening: 624 m2
- Landas Pacu (P x L): 025 mx 45 m
- Garbarata: 6 Gate
- Kekuatan Landasan: 85 PCN
- Kapasitas Apron: 690 m x 140 m x 49 m
- Penanggulangan Kecelakaan Pesawat dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK): Kategori IX
Rute Populer Domestik
- Batam → Jakarta
- Batam → Medan
- Batam → Surabaya
- Batam → Pekanbaru
- Batam → Padang
- Batam → Palembang
- Batam → Bali
- Batam → Yogyakarta
- Batam → Jambi
- Batam → Pontianak
Bandara Hang Nadim adalah salah satu bandara di Indonesia yang memiliki FDS. Penyaluran avtur ke Bandara Hang Nadim menggunakan pipa dari Pelabuhan Kabil, Nongsa. FDS Bandara Hang Nadim memiliki mobil tanki dan 19 hidran berkecepatan tinggi.
Babak Baru Hang Nadim
Sejak 1 Juli 2022, bandara ini dikelola PT Bandara Internasional Batam, konsorsium Angkasa Pura 1, Incheon International Airport Corporation Korea Selatan dan PT Wijaya Karya. Inilah bandara pertama berbentuk Perseroan Terbatas. Tiga kekuatan inilah yang akan mengembangkan bandara Hang Nadim.
Direktur Utama PT Bandara Internasional Batam, Pikri Ilham Kurniansyah berpengalaman sebagai Direktur Niaga Garuda dan VP Coord. Int. Sales Distribution & Charter, PT Garuda Indonesia. “Saya ingin bandara Hang Nadim lebih baik. Bersih, tertib dan merubah mindset karyawan untuk melayani. Tahap pertama kita akan investasi sebesar Rp2,4 Triliun,” katanya.
Rencana pengembangan bandara dilakukan dengan sistem Kerjasama Pemerintan Badan Usaha (KPBU) yang pertama di Indonesia. Terobosan yang dilakukan pemerintahan Jokowi adalah bagaimana membangun infrastruktur tanpa membebani APBN.
Angkasa Pura I berpengalaman mengelola 15 bandar udara domestik, Incheon International Airport Corporation Korea Selatan berpengalaman mengelola bandara internasional dan beberapa kali terbaik di dunia serta Wijaya Karya berpengalaman di infrastruktur. Tahap pertama merenovasi terminal 1 dan membangun terminal 2.
Dengan demikian, dalam tiga tahun ke depan, kapasitas penumpang meningkat dua kali lipat, dari saat ini 5 juta penumpang menjadi 10 juta penumpang. Total investasi yang akan dikucurkan sebesar Rp6,9 Triliun.
Program jangka pendek Direktur PT Bandara Internasional Batam antara lain, peningkatan sumber daya manusia (SDM). Sebanyak 420 orang karyawan sudah ditraining agar memberikan pelayanan terbaik. Setelah itu, perbaikan infrastruktur seperti counter, pintu masuk, drop off, parkir, taxi way, apron diperbaiki. Januari 2024 direncanakan memulai membangun terminal 2.
Kekuatan bandara Hang Nadim adalah, Batam merupakan daerah industri dan sekaligus destinasi pariwisata. Berdekatan dengan Singapura dan Malaysia serta kawasan wisata Lagoi di Bintan. Batam memiliki enam lapangan golf dan dua di Bintan. ‘’Konektivitas Sumatera dan Kalimantan, berpusat di Batam,’’ kata Pikri Ilham Kurniansyah.
Selain itu, lokasi Batam yang sangat strategis dan lalu lintas orang. Untuk penerbangan haji dan umrah serta untuk penerbangan dan konektivitas internasional seperti ke Korea Selatan, Jepang, Bangkok sebenarnya lebih dekat. ‘’Kami ingin perubahan model bisnis bandara dari single entity menjadi ekosistem bisnis, pariwisata dan ibadah. Hang Nadim akan jadi market place, bukan sekedar naik turun penumpang,’’ ujar Pikri.
Sistim marketing bandara akan berubah dari serving the market menjadi creating the market dan membuka penerbangan ke Subang, Malaysia, Jepang, Korea dan China. Menggalakkan penerbangan umroh. Bandara akan menjadi destinasi pariwisata. ‘’Kita tidak akan bersaing dengan bandara Changi, Singapura tapi bekerjasama dan berkolaborasi,’’ kata Pikri.
Terminal kargo baru selesai dibangun dan dioperasikan Januari 2024. Dalam konsep aerotopolis, akan dikembangkan amusement park, kargo, logistic system, perhotelan, Maintanance, Repair and Overhaul (MRO) merupakan satu kesatuan. Batam akan jadi pusat pelatihan dan perbaikan pesawat.
Jalan-jalan ke bandara juga dilebarkan, sebagai bagian ekosistem. Termasuk pelabuhan yang merupakan hubungan laut dan udara. Batam kini terhubung dengan 35 kota dan bakal ditingkatkan menjadi 50 kota di Indonesia. ‘’Selama ini, kita melihat bandara hanya untuk naik turun penumpang. Bandara yang ada tokonya, tapi akan jadi toko yang ada bandaranya. Kita akan belajar ke bandara Schipol Amsterdam. Konsep bandara modern akan jadi market place,’’ papar Pikri.
Bandara Hang Nadim diharapkan menjadi bandara domestic hub dan Asean hub. Tantangan terbesar bandara Hang Nadim adalah meningkatkan kemampuan sumber daya manusia. Ada 420 orang karyawan dan menjadi tempat on job training.
Bandara Hang Nadim mendorong perusahaan penerbangan agar menambah frekuensi penerbangan. Hang Nadim juga bersiap menjadi metaverse airport. Terjadi perubahan dari manual airport ke digital airport. Terminal 2 akan menerapkan teknologi digital. ***