24.8 C
Indonesia
BerandaBATAMJembatan Barelang

Jembatan Barelang

-

By Socrates – Jembatan Barelang adalah ikon wisata Batam. Anda dianggap belum ke Batam sebelum singgah di jembatan ini. Barelang adalah singkatan Batam, Rempang, Galang, yang dihubungkan oleh enam jembatan.

Jembatan Barelang adalah hasil karya para insinyur Indonesia. Ratusan insinyur, terlibat dalam membangun jembatan ini. Jembatan ini terdiri dari enam rangkaian jembatan yang terhubung ke jalur Trans Barelang. Total keenam rangkaian jembatan ini panjang 642 meter. Jembatan Barelang Batam dijuluki sebagai Golden Gate-nya Indonesia.Sejatinya, jembatan ini bernama Tengku Fisabilillah, namun masyarakat lebih senang menyebutnya dengan Jembatan Barelang ketimbang nama aslinya. Jembatan Barelang jadi maskot dan kebanggaan warga Batam. Selain arsitekturnya unik, jembatan ini merupakan pionir the cable stayed bridge pertama di Indonesia

Saat menjadi Ketua Otorita Batam (1978 -1998) BJ Habibie punya gagasan jauh ke depan. Ia melontarkan teori balon saat membangun Batam. Ia yakin, suatu saat Singapura bakal penuh dan memerlukan lahan baru. Pilihan itu, bakal jatuh ke Batam.

Teori pengembangan pembangunan Batam dikenalkan Habibie, seperti halnya Teori Benelux (Belgia, Netherland, Luxemburg) di Eropa, menjadi Sijori (Singapura, Johor, Riau) dan Teori Balon B.J. Habibie, yakni sebuah teori yang menggambarkan kondisi perekonomian di sebuah kawasan sebagai suatu sistem balon yang dihubungkan oleh satu dengan yang lain dengan katup/pentil (prasarana dan sarana). Balon I adalah Batam, Balon II Rempang, Balon III Galang.


Habibie juga membentuk sebuah badan bernama BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). Pada masa kepemimpinan B.J. Habibie, penerimaan UWTO dimanfaatkan seluas-luasnya sebagai modal Otorita Batam untuk penyediaan dan pembangunan infrastruktur dasar.

Dalam perkembangan selanjutnya, Presiden Soeharto melihat perlunya Batam dikembangkan sebagai daerah industri berteknologi tinggi, Untuk mewujudkan hal itu, Presiden Soeharto kemudian menugasi B.J. Habibie, yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, untuk membangun Batam sesuai dengan harapan dan cita-citanya dengan menjadi Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam pada tahun 1978.

Dalam masa kepimpinannya, B.J. Habibie mampu membuat Batam berkembang sangat pesat. B.J. Habibie mengubah arah pembangunan Batam tidak hanya sekedar basis logistik Pertamina, melainkan mengubah Batam menjadi proyek nasional yang memberikan nilai tambah tinggi untuk kepentingan nasional dengan menjadikan Pulau Batam sebagai daerah industri berteknologi tinggi, perdagangan, alih kapal, dan pariwisata.

Tanggal 19 Juni 1992 Presiden Soeharto memutuskan memperluas wilayah kerja Otorita Batam menjadi  Pulau Batam, Rempang dan Galang serta 39 pulau kecil di sekitarn­ya yang disebut Barelang. Enam jembatan, menyatukan Pulau Batam, Tonton, Nipah, Setoko, Rempang, Galang dan Galang Baru.

Soeharto mengatakan “Batam itu punya nilai strategis yang sangat besar. Kalau kita tidak memanfaatkan dan mendahulukannya, sama saja kita tidak mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita.”


B.J. Habibie mempunyai gaya yang khas. Ia penganut prinsip bahwa mutu keseluruhan sebuah karya ditentukan oleh mutu setiap detail pelaksanaanya. Dalam rangka mencetak kader-kader yang terpercaya, ia mempunyai dua prinsip. Pertama, belajar dan menguasai teori. Kedua, keterampilan dengan melakukan spesialisasi. Prinsip inilah yang ia terapkan pada saat pembangunan jembatan Barelang.

Ia memberikan kesempatan pada putra-putri bangsa untuk menerapkan pengetahuannya dalam membangun enam buah jembatan yang menghubungkan antarpulau, yang baru pertama kali dilakukan di Indonesia, satu di antaranya bertipe jembatan kabel (cable stayed bridge) yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Tonton. Pemilihan tipe jembatan yang berbeda-beda juga dimaksudkan untuk memberikan referensi dan pengalaman kepada putra-putri bangsa dalam hal teknologi pembangunan jembatan, yang sekaligus berfungsi sebagai laboratorium.

Pembangunan jembatan Barelang memakan waktu enam tahun, dari 1992 sampai 1998 enam jembatan yang menyambung dan menyatukan Pulau Batam, Tonton, Nipah, Setoko, Rempang, Galang dan Galang Baru, selesai dengan biaya Rp400 Miliar. Rempang dan Galang hanya berjarak 2,5 km dari Batam.

Sedangkan lahan yang disediakan kedua pulau masing-masing adalah 16.838 hektar dan 8.550 hektar. Inilah keunggulan komoetitif Pulau Rempang dan Pulau Galang yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia.

Ada yang menyebutkan, ide Habibie membangun jembatan Barelang yang diambil dari singkatan nama Batam, Rempang, Galang, saat presiden RI ke 3 itu naik pesawat dan terbang di langit Batam. Pada saat meresmikan Jembatan Barelang pada tanggal 10 Agustus 1998, Habibie bercerita, ia naik speed boad mengunjungi pulau-pulau di Rempang dan Galang dan speed yang ditumpanginya bocor.

 

Dengan kejeliannya, ia melihat pulau-pulau seperti Rempang, Galang, Tonton, Nipah dan Galang Baru, bisa disatukan dengan jembatan. ’’Saya dan Ibu Ainun serta rombongan, kami naik speed boat dan bocor. Saat itulah saya dapat ide membangun jembatan,’’ kata Habibie, sambil melirik istrinya, saat itu.

Setelah Batam, Rempang dan Galang tersambung enam jembatan, Barelang menjadi tanah harapan pengembangan Batam di masa depan. Keenam jembatan ini, diberi nama pahlawan dari Riau sebagai berikut:

  1. Jembatan Teungku Fisabilillah jembatan pertama yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton. Memiliki panjang 644 meter dengan bentang jembatan 530 meter, tingginya 38 meter di atas permukaan air laut. Konstruksi Jembatan  Teungku Fisabilillah dengan tipe cable stayed, dengan bentang terpanjang yang dirancang dan dibangun di Indonesia pada saat ini.
  2. Jembatan Nara Singa II yang panjangnya 420 meter, penghubung antara Pulau Tonton dan Pulau Nipah. Jembatan II merupakan jembatan Balance Cantilever Box Gierder, Single Box terpanjang di Indonesia.
  3. Jembatan Raja Ali Haji, panjangnya 270 meter yang menghubungkan Pulau Nipah dengan Pulau Setoko. Jembatan Raja Ali Haji dengan Tipe Segmental Concrete Box Girder dengan tipe Pondasi Abutment.
  4. Jembatan Sultan Zainal Abidin panjangnya 365 meter penghubung Pulau Setoko dan Pulau Rempang. Jembatan IV merupakan jembatan Balance Cantilever terpanjang kedua yang dibangun di Indonesia.
  5. Jembatan Tuanku Tambusai panjangnya 385 meter, menghubungkan Pulau Rempang dengan Pulau Galang. Jembatan merupakan jembatan busur (arch bridge) dengan konstruksi beton bertulang yang pertama dan terpanjang yang pernah dibangun di Indonesia.
  6. Jembatan Raja Kecil panjangnya 180 meter penghubung Pulau Galang dengan pulau terujung, yaitu Pulau Galang Baru. Jembatan VI dengan panjang 180 m dan lebar 18 m yang masing-masing 45 m dengan sistem peletakkan di atas 2 tumpuan dengan menggunakan double box beton prategang.

Tahun 1993, Rencana Tata Ruang Rempang dan Galang akan dikembangkan industri ringan bebas polusi serta industri perangkat lunak (software). Sementara itu di Batam sendiri akan dikembangkan industri perangkat keras (hardware). Serta pengembangan real estate, properti dan pariwisata untuk wisatawan dan investor asing.

Kendati sudah terhubung jembatan, kawasan Rempang dan Galang ibarat tidur panjang. Padahal, Rempang dan Galang sungguh potensial. Di Rempang, dari luas lahan 18.735 hektar (25,5 persen dari luas Barelang 71.500 hektar), sekitar 217 hektar disiapkan untuk kawasan industri,  permukiman 656,59 hektar, pariwitsa seluas 447,14 hektar, fasilitas umum 127,82 hektar, jasa 181,04 hektar, dan pertanian 1.198,57 hektar.

Sementara di Galang, dari luasnya 13.741 hektar (18,74 persen dari luas Barelang) disiapkan seluas 98 hektar untuk industri, perumahan 422,60 hektar, pariwisata 811,39 hektar, fasilitas umum 109,23 hektar, jasa 51,34 hektar dan pertanian 817,19 hektar.

Selain jadi penghubung antara pulau, jembatan yang menjadi ikon dan kebanggaan warga Batam ini juga menawarkan pemandangan yang indah. Dari atas jembatan, Anda akan melihat hamparan lautan luas berwarna biru terang dengan beberapa pulau kecil di sekelilingnya.

Batam adalah rangkaian 329 pulau-pulau kecil dan luasnya 415 km2 atau 67% luas dari Singapura. Dengan dihubungkan jembatan Barelang, luasnya menjadi 715 km2 atau 13% lebih besar dari Singapura.

Dengan terhubungnya Rempang dan Galang, diharapkan kedua pulau tersebut dapat mejadi alternatif pengembangan industri baru, untuk menampung meluasnya arus investasi di Batam. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

LATEST POSTS

Politeknik Negeri Batam

By Socrates - Tuntutan dunia industri semakin tinggi, terutama soal ketersediaan sumber daya manusia. Tahun 1999 menandai dimulainya persiapan pendirian Politeknik di Batam bekerjasama dengan...

Universitas Ibnu Sina (UIS)

By Socrates - Yayasan Pendidikan Ibnu Sina (YAPIS) didirikan pada tanggal 14 Juli 1977 yang bergerak dalam bidang pendidikan. Yayasan ini didirikan oleh H Andi...

Universitas Riau Kepulauan (Unrika)

By Socrates - Batam sejak awal dirancang sebagai kawasan industri, perdagangan, alih kapal  dan pariwisata. Namun, seiring perkembangan zaman, kebutuhan sumber daya manusia yang handal...

Belakangpadang Penawar Rindu

By Socrates - Banyak yang percaya, nama Belakangpadang berasal saat  Belanda memerintahkan pekerja di pangkalan minyak Pulau Sambu, membuka pulau yang terletak di belakang Pulau...
[td_block_social_counter style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" facebook="tagdiv" twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" custom_title="Follow us" block_template_id="td_block_template_11" border_color="#fbb03b" f_header_font_size="eyJhbGwiOiIyMCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTgifQ==" f_header_font_weight="600" f_header_font_family="702" f_header_font_transform="uppercase" tdc_css="eyJwb3J0cmFpdCI6eyJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3NjgsInBob25lIjp7Im1hcmdpbi1ib3R0b20iOiI0MCIsImRpc3BsYXkiOiIifSwicGhvbmVfbWF4X3dpZHRoIjo3NjcsImFsbCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn19"]

Most Popular

spot_img