By Asman Abnur – Secara global, pengeluaran untuk travel dan turis terus meningkat. Sebelum pandemi, total pengeluaran travel tumbuh rata-rata 5 persen. Data Tourism Economics Global Travel Service menyebutkan, sejak 2023 pengeluaran wisatawan terus meningkat. Diperkirakan, pertumbuhan angka pengeluaran travel dan turis meningkat, mencapai 14 triliun dollar atau 7 persen per tahun, sampai 2034 mendatang.Kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia, yang biasanya naik rata-rata 10 persen per tahun, anjlok dan menurun drastis saat pandemi Covid-19. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, sejak 2022 mulai terjadi kenaikan cukup signifikan hingga tahun 2024 yang mencapai angka hampir 14 juta kunjungan wisatawan.
‘’Melihat kecendrungan ini, saya optimis kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia akan terus meningkat. Namun optimisme ini harus disertai dengan asumsi bahwa industri pariwisata dan hospitality di Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan global industri ini,’’ kata Asman Abnur, pada sharing session dan kuliah umum di Politeknik Pariwisata NHI Bandung, Selasa (21/10/2025)
Indonesia juga harus berjuang keras dan bersaing dengan negara-negara ASEAN untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan manca negara. Berikut data kunjungan wisatawan asing tahun 2024 ke negara ASEAN. Peringkat pertama adalah Thailand yang mencatat 36 juta turis asing. Malaysia berada pada posisi kedua dengan 25 juta turis asing, disusul Vietnam pada posisi ketiga dengan 17,5 juta kunjungan. Singapura dengan jumlah 16,5 turis asing. Indonesia urutan kelima dengan jumlah kunjungan 13,9 turis asing.
Namun, posisi Indonesia dalam kancah global industri pariwisata dan hospitality, ditunjukan melalui Travel and Tourism Development Indeks yang di keluarkan oleh World Economic Forum tahun 2024 berada pada posisi ke 22, dengan nilai indeks 4,46. Posisi ini berada di atas  posisi Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Terdapat anomali antara nilai indeks dengan jumlah kunjungan wisatawan asing.
Bagaimana dengan industri kuliner? Di Jakarta, kita dengan mudah menjumpai restoran asing. Dari hasil searching di internet, ditemukan 43 restoran Vietnam, sebanyak 105 restoran Jepang, 68 restoran Thailand, 16 restoran Malaysia serta 46 restoran Korea. ‘’Pertanyaannya, berapa banyak restoran Indonesia di negara-negara tersebut? Saya meyakini, jumlah restoran Indonesia di berbagai negara lain, tidak sebanyak restoran asing di Jakarta,’’ papar Asman Abnur.
Tren Wisatawan Global
Perilaku wisatawan, sangat mempengaruhi kecenderungan industri pariwisata dan hospitality di masa depan. Kemajuan teknologi, memungkinkan informasi tersebar begitu cepat melalui internet dan media sosial ke seluruh penjuru dunia. Hal ini berperan besar pasa perubahan perilaku wisatawan dan tujuan destinasi wisata. Tren perilaku wisatawan, menurut catatan Tourist Trend 2025, di masa depan antara lain, preferensi pada isu ramah lingkungan dan keberlanjutan.
Misalnya, pemilihan moda transportasi yang mempertimbangkan keramahan lingkungan. Wisatawan cenderung memilih penerbangan yang menyumbangkan paling sedikit emisi karbon, memilih hotel yang mengutamakan keramahan lingkungan seperti tempat sampah yang memisahkan sampah organik dan non organik, penggunaan tenaga matahari, konservasi sumber air, dan pemanfaatan makanan organik lokal.
‘’Di masa depan, kemungkinan akan muncul sertifikasi hotel ramah lingkungan, penerbangan ramah lingkungan, restoran ramah lingkungan, bahkan destinasi wisata ramah lingkungan,’’ ujar Asman Abnur.
Teknologi Digital
Artificial Intelligence (AI) dan teknologi digital akan banyak mewarnai industri pariwisata. Wisatawan akan banyak menggunakan AI untuk merencanakan perjalanan wisatanya. Mulai dari pemesanan tiket pesawat, hotel, destinasi wisata, keunikan destinasi wisata, pengalaman yang akan di peroleh, bahkan sampai kuliner dan budget yang dibutuhkan, dan berbagai informasi lain terkait dengan perjalanan wisatanya, semua mengandalkan rekomendasi AI.
Para wisatawan, akan memilih negara yang memiliki kemudahan untuk berbagai pelayanan karena memanfaatkan teknologi digital dalam proses boarding, keimigra-sian, pengecekan keamanan, penggunaan sistem smart room, penggunaan virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) yang memungkinkan calon wisatawan dapat meriviu destinasi sebelum melakukan booking.
Pengalaman Perjalanan
Para wisatawan juga selalu mencari pengalaman perjalanan yang mengesankan. Mereka tidak hanya berkunjung dan melihat-lihat, tetapi juga terlibat dalam berbagai aktivitas internaktif secara fisik maupun digital, seperti misalnya: aktivitas camping pada destinasi, sebutan saat ini yang sering digunakan adalah glamping (glamorous camping), pengalaman kehidupan pada budaya yang berbeda, kelas-kelas memasak masakan lokal, kelas-kelas membuat kerajinan lokal, dan pengalaman terlibat dan otentik lainnya dari sumber lokal.
Wisatawan juga selalu mencari alternatif lain dari destinasi wisata yang populer, ramai bahkan terjadi overtourism, mahal, dan terkenal, tetapi tetap menyenangkan dan memberikan pengalaman yang sama dengan biaya yang murah. Ini yang disebut dengan hidden gems.
Pengalaman berwisata dengan terlibat langsung dalam kegiatan lokal. Pada umumnya Gen Z, memiliki prefensi ini. Mereka tidak hanya berwisata tetapi juga memiliki minat untuk ikut berpartisipasi dalam program-program lokal seperti: membersihkan lingkungan seperti snorkeling atau kayaking dalam rangka membersihkan lautan dan sungai dari sampah-sampah, ikut dalam penghijauan hutan nasional, dan lain-lain. Inti dari preferensi perilaku wisatawan ini adalah pengalaman yang memungkinkan wisatawan memberikan kontribusi positif pada destinasi wisata.
Transparansi Informasi
Wisatawan juga memiliki harapan bahwa semua informasi terkait destinasi wisata harus benar-benar jelas, lengkap, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan. Riviu dari para wisatawan sebelumnya yang pernah berkunjung menjadi akan menjadi acuan, termasuk peran para influencer travel.
Influencer travel adalah kreator konten di media sosial seperti Instagram, YouTube, dan TikTok yang berfokus pada promosi destinasi wisata melalui foto, video, dan cerita perjalanan.
Wellness tourism
Wellness tourism adalah jenis pariwisata yang berfokus pada perjalanan untuk meningkatkan dan menjaga kesejahteraan fisik, mental, dan spiritual wisatawan secara keseluruhan. Wisatawan ini akan mencari destinasi wisata yang menawarkan aktivitas yang membuatnya memperoleh keseimbangan dan kebugaran baik fisik maupun rohani untuk meningkatkan kualitas hidunya.
Aktivitas umum yang bisa ditawarkan antara lain: spa dan pijat tradisional, meditasi/yoga, aktivitas religius, terapi alami, olah raga, hiking, camping, pengalaman kulinari makanan sehat, dan lainnya.
Bleisure
Paduan antara perjalanan bisnis dan liburan. Tren ini akan meningkat dalam kurun waktu ke depan. Para pebisnis, dalam melakukan perjalanan bisnisnya akan juga sekaligus melakukan wisata untuk berkunjung ke destinasi wisata di lokasi dimana dia sedang melakukan perjalanan bisnisnya. Tentunya dukungan konektivitas jaringan, co-working space, dan dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk bekerja dan berwisata menjadi prasyarat. Bisa dibayangkan berapa jumlah perjalanan bisnis yang dilakukan oleh pebisnis baik lokal maupun global.
Wisata keluarga lintas generasi
Kecenderungan wisata yang dilakukan oleh keluarga besar dari kakek, nenek, anak dan cucu, juga menjadi tren di masa depan. Keinginan wisata keluarga lintas generasi ini pada dasarnya untuk memperat tali persaudaraan dengan berkumpul bersama, melakukan kegiatan bersama dalam satu lokasi sambil melakukan wisata.
Solo travel
Wisatawan yang melakukan perjalanan secara solo, yang seringkali dilakukan oleh para generasi muda. Wisata ini pada umumnya untuk mencari pengalaman dan tantangan, eksplorasi indiviual, membuktikan pandangan umum, menunjukkan keberanian, bahkan untuk membuat konten untuk akun media sosialnya.
Peluang Karir di Industri Pariwisata
Kemajuan dan perkembangan sektor pariwisata, sehingga ada kemungkinan akan muncul 91 juta pekerjaan baru hingga tahun 2035 pada industri turis dan travel. Segmentasi yang diperkirakan tumbuh adalah pada sektor hospitality dan akomodasi seperti, front office management, guest relations, concierge services, hingga cullinary art, houskeeping, revenue management, even planning, smart hotel management, resort managers, hotel sales managers, executive chef, personalized guest experiences, mobile app developers, Virtual Reality (VR) and Augmented Reality (AR) experts, dan lainnya.
Selain itu, pekerjaan dalam bidang travel agen dan operator perjalanan. Pekerjaan yang kemungkinan muncul adalah expert travel planning, travel advisors, destinationa specialist, tour managers, itinerary designer untuk bleisure, ecotourism dan luxury travel. Karir di bidang transportasi dan logistik seperti pilot, pramugari, ground sta, logistics managers airport operations specialists, maritime crew, dan lainnya. Serta di bidang Event management and MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions) mencakup antara lain: even managers, venue coordinator, marketing specialist, dan audio-visual technicians.
Tantangan Masa Depan
Tantangan ke depan adalah bagaimana kita mampu menghadapi berbagai kecenderungan global agar industri pariwisata Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain. Ada beberapa hal yang harus kita siapkan dalam menghadapi kecenderungan tersebut.
Pertama, kebijakan untuk mendorong pertumbuhan industri pariwisata dan hospitality. Pemerintah harus melakukan upaya-upaya untuk memperbarui berbagai kebijakan di sektor industri pariwisata. Pemerintah harus terus menerus melakukan evaluasi terhadap kebijakan kepariwisataan, menghapus kebijakan yang sudah tidak sesuai, mempermudah dan menyederhanakan proses perijinan, mendorong inovasi, mendorong terciptanya keterpaduan pembangunan infrastruktur dengan destinasi wisata, mendorong pemanfatan teknologi digital, mendorong kolaborasi lintas instansi baik pusat maupun daeran untuk menciptakan keterpaduan pembangunan industri pariwisata dan kuliner.
Karena itu, tidak hanya dibutuhkan Kementerian Pariwisata, tetapi juga keterlibatan kementerian lainnya seperti: Kementerian PU, Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan, Kementerian Kebudayaan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Digital, Kementerian kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Ekonomi Kreatif/Baan Ekonomi Kreatif, Pemerintah Daerah dan lainnya.
Kedua, kolaborasi dengan pemangku kepentingan kunci. Pemerintah tidak akan memiliki kemampuan yang memadai untuk menghadapi tantangan di atas hanya dengan mengandalkan kemampuannya sendiri, karena itu pemerintah harus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak yang berkepentingan dalam melakukan pengembangan industri pariwisata dan hospitality. Kolaborasi dilakukan dengan pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif, komunitas dalam masyarakat, berbagai asosiasi, bahkan dengan negara-negara lain atau organisasi internasional untuk memperoleh kesepahaman dalam mengelola industri pariwisata dan hospitality.
Ketiga, inovasi kebijakan dalam rangka merespon kecenderungan global. Pemerintah juga harus melakukan inovasi-inovasi kebijakan untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan industri pariwisata dalam jangka panjang. Kajian-kajian yang didukung dengan data-data akan memberikan jawaban yang jelas mengenai arah kebijakan yang harus ditempuh oleh pemerintah dalam mendukung perkembangan industri pariwisata dan hospitality.
Untuk memperkuat kemampuan pelaku usaha pariwisata dan hospitality, perlu dilakukan upaya-upaya penyesuaian sebagai berikut. Pertama, digitalisasi layanan. Â Hotel-hotel dan destinasi wisata harus mampu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Booking online, ticket online, sistem smart room, penggunaan virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) yang memungkinkan calon wisatawan dapat meriviu destinasi sebelum melakukan booking, penyediaan sarana konektivitas jaringan, dan layanan lainnya yang dapat didigitalisasikan. Tanpa kemampuan ini, hotel-hotel dan destinasi wisata akan kehilangan pengunjungnya.
Kedua, pariwisata ramah lingkungan. Hotel-hotel dan destinasi wisata harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan ramah lingkungan, misalnya: melalui penyediaan tempat sampah yang memisahkan sampah organik dan non organik, penggunaan tenaga matahari, konservasi sumber air, dan pemanfaatan makanan organik lokal. Sertifikasi terkait dengan hotel ramah lingkungan, penerbangan ramah lingkungan, restoran ramah lingkungan, bahkan destinasi wisata ramah lingkungan, mungkin diperlukan untuk memperkuat keyakinan pengunjung.
Ketiga, pengendalian obyek wisata. Untuk menjaga agar hotel dan destinasi wisata tetap memiliki citra positif di mata wisatawan, maka harus ada pengendalian. Para manajer hotel dan destinasi wisata harus memastikan bahwa kunjungan wisatawan tidak overtourism (melampaui kapasitas yang seharusnya), sehingga menjadi ramai tidak terkendali yang dapat menyebabkan kerusakan fasilitas, ketidaknyamanan wisatawan, dan kerusakan lingkungan (sampah yang menumpuk, limbah lain yang tidak mampu ditangani).
Para manajer juga harus memiliki kemampuan untuk memastikan kepatuhan terhadap kriteria ramah lingkungan, kelancaran koneksi jaringan, ketertiban, keamanan, dan kebersihan lingkungan, keamanan berbagai sarana dan prasarana yang digunakan wisatawan, dan lainnya. Dan keempat, inovasi pariwisata dan hospitality. Para pelaku usaha juga harus berani melakukan inovasi-inovasi untuk meningkatkan jumlah kunjungan. Banyak wisatawan berkunjung karena mereka ingin mencoba sesuatu yang baru dan otentik. Karena itu, inovasi menjadi penting dalam industri ini.
Penguatan SDM Pariwisata
Kecenderungan pertumbuhan industri pariwisata dan hospitality dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, membutuhkan pula tenaga kerja yang memiliki keahlian spesifik di bidangnya. Munculnya berbagai jenis pekerjaan baru di bidang pariwisata dan hospitality memunculkan kebutuhan pasar tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang baru tersebut.
Dalam hal ini, pemerintah, pelaku usaha pariwisata dan hospitality, komunitas, maupun asosiasi-asosiasi harus bekerja sama untuk menciptakan SDM pariwisata dengan kompetensi baru dimaksud. Strategi dalam memenuhi kompetensi SDM Pariwisata yang andal sesuai dengan kecenderungan global.
Bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk memenuhi pasar tenaga kerja pariwisata dan hospitality, khususnya terkait dengan peran Politeknik Pariwisata NHI Bandung? Industri pariwisata dan hospitality adalah industri yang berkembang sangat pesat dan selalu membutuhkan tenaga kerja yang siap pakai ketika memasuki lapangan kerja. Karena itu,  pengembangan pendidikan vokasional dari tingkatan menengah hingga perguruan tinggi sangat diperlukan untuk memenuhi pasar tenaga kerja.
Sementara ini, dibawah Kementerian Pariwisata baru terdapat 6 Politeknik Pariwisata, yang tersebar di Medan, Palembang, Makassar, Bandung, Bali, dan Lombok. Pada tahun akademik 2024/2025 politeknik ini menerima sekitar 3.860 mahasiswa baru. Tidak terdapat data mengenai mahasiswa aktif secara keseluruhan. Sementara itu terdapat 53 politeknik swasta yang tidak spesifik fokus di pariwisata, tetapi didalamnya menawarkan program studi pariwisata.
Jika memperhatikan kecenderungan global jumlah pekerjaan yang mungkin muncul pada 20 tahun mendatang, maka jumlah kapasitas politeknik yang ada saat ini masih sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja ditingkat nasional, dengan asumsi pertumbuhan industri pariwisata naik rata-rata 7% per tahun hingga tahun 2034.
Karena itu, perlu strategi yang tepat untuk merespon kebutuhan ini. Pertama, Â Penguatan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan. Kolaborasi dengan pelaku usaha pariwisata tingkat lokal dan nasional. Politeknik Pariwisata NHI perlu melakukan kolaborasi dengan pelaku usaha pariwisata untuk memperkuat kompetensi SDM pariwisata yang siap pakai.
Dari pengalaman berbagai negara maju, program seperti ini disebut dengan dual vocational training. Para peserta didik tidak hanya memperoleh pelajaran di kelas, tetapi mereka juga belajar dan memperoleh pengalaman bekerja di perusahaan atau pelaku usaha pariwisata. Proses pembelajaran pada di tempat kerja, peserta didik akan memperoleh training dari para supervisors, chef, atau profesi lainnya yang terkait. Pembelajaran on the job akan memberikan tidak hanya praktik dari pembelajaran kelas, tetapi juga pengalaman yang tidak dipelajari di kelas.
Dalam kaitan ini, maka Politeknik Pariwisata NHI harus memiliki kerjasama dengan pelaku-pelaku usaha pariwisata di tingkat lokal dan nasional, merencanakan proses pembelajaran di pelaku usaha, mencari pelaku usaha yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi peserta didik, atau sebaliknya menyediakan peserta didik
yang diperlukan oleh pelaku usaha, melakukan pengendalia, coaching dan mentoring, serta menilai hasilnya. Setiap hasil pembelajaran sudah selayaknya dibuka kesempatan bagi peserta didik untuk memperoleh sertifikasi baik di tingkat lokal maupun internasional.
Selain itu, berkolaborasi dengan pelaku usaha global. Bagi peserta didik yang sudah melalui tahapan ini pada tingkat lokal atau nasional, dapat juga dikembangkan proses pembelajaran pada pelaku usaha tingkat global. Tentunya Politeknik Pariwisata NHI harus melakukan kerjasama tingkat internasional. Dalam kaitan ini tentunya peran Kementerian Pariwisata sangat diperlukan.
Kerjasama pada tingkat global mengharuskan Politeknik Pariwisata NHI untuk memenuhi berbagai kriteria internasional, misalkan saja sertifikasi-sertifikasi yang dibutuhkan untuk dapat bekerja pada pelaku usaha tingkat global. Disamping itu kemampuan berbahasa asing juga menjadi hal yang harus dipenuhi.
Penguatan kapasitas Politeknik Pariwisata NHI juga dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan institusi pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri. Kolaborasi ini bisa menjadi alat untuk mempercepat proses alih pengetahuan, terutama dari perguruan tinggi vokasional di luar negeri. Pertukaran pengajar, peserta didik, atau bentuk kerjasama lainya, akan mendorong kemampuan Poltek dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar tenaga kerja di bidang pariwisata.
Kedua, menciptakan event-event untuk meningkatkan citra Politeknik Pariwisata NHI Bandung Poltek sebagai sekolah vocational, tidak hanya memberikan pembelajaran teoritis, tetapi juga praktis yang siap untuk digunakan dalam lapangan kerja. Karena itu, untuk menunjukkan sekaligus untuk praktik pada lapangan kerja sebenarnya, bukan hal yang sulit bagi Poltek untuk membuat event-event tertentu pada waktu tertentu (misalnya setiap week end), sebagai ajang untuk ujuk kompetensi kepada masyarakat dan pelaku usaha.
Misalkan saja, Poltek menjadikan kampus sebagai destinasi wisata, didalamnya para peserta didik dapat membuka stand-stand kuliner dengan masakan yang dibuat sebagai hasil pembelajaran seni kulinari yang disajikan dengan menarik dari hasil pembelajaran tata hidang, dijual dengan harga mahasiswa; membuka stand-stand perjalanan bekerjasama dengan travel agency, membuat pertunjukan sebagaimana layaknya destinasi wisata, dan lainnya.
Semua ini tidak hanya menjadi ajang praktik peserta didik, tetapi juga menjadi ajang bisnis, menjadi ajang peserta didik untuk mengasah kemampuan kewirausahannya, mengasah kemampuan marketing, dan pada akhirnya meningkatkan citra Politeknik Pariwisata NHI Bandung.
Ketiga, memperbarui pengetahuan. Politeknik Pariwisata NHI juga harus memiliki kemampuan untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan lokal, nasional dan global, terutama dalam kaitan dengan industri pariwisata dan hospitality. Program-program study harus terus diperbaiki dan diperbarui baik dari sisi materi maupun penambahan program study lainnya sebagai respon dari kebutuhan pasan tenaga kerja bidang pariwisata.
Karena itu, Politeknik Pariwisata NHI harus membentuk apa yang disebut dengan tim expert yang mampu membaca kecenderungan dan memprediksi jauh kedepan tentang kebutuhan pekerjaan bidang pariwisata di masa depan. Tim expert ini dapat terdiri dari para pengajar di internal, praktisi, akademisi, pelaku usaha, atau pejabat dari lingkungan kementerian.
Keempat, mendorong inovasi. Poltek juga harus memiliki keberanian untuk melakukan inovasi. Inovasi bisa dalam bentuk inovasi manajemen di lingkungan Politeknik Pariwisata NHI, misalnya penyederhanaan proses layanan kepada peserta didik, pembaruan kurikulum, pembentukan program study baru, pemanfaatan teknologi digital dalam sistem pembelajaran, atau lainnya yang berkaitan dengan manajemen. Inovasi juga dapat berbentuk inovasi dalam lingkup program studi, misalnya pembuatan jenis makanan baru, produk wisata, atau lainnya.
Kelima, ikut aktif dalam proses pembangunan destinasi pariwisata. Politeknik Pariwisata NHI juga dapat berperan dalam proses pembangunan destinasi pariwisata baru, baik sebagai tempat berkonsultasi atau pelibatan peserta didik dalam proses perancangan sampai dengan pembangunan; proses marketing hingga persiapan event-event yang akan ditampilkan.
Dalam menghadapi perubahan global pada sektor industri pariwisata dan hospitality, Politeknik Pariwisata NHI Bandung tidak boleh hanya berdiam statis cukup puas dengan menjalankan program study yang sudah ada. Poltek NHI Bandung harus terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas, citra positif, dan kontribusinya pada peningkatan pertumbuhan sektor pariwisata dan hospitality.
Kemampuan Poltek NHI Bandung dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan global, akan menjadi penanda kemampuan negara dalam mengembangkan dan meningkatkan industri pariwisata dan hospitality. Dengan kata lain, Politeknik Pariwisata NHI Bandung menjadi cerminan kemajuan industri pariwisata dan hospitality. ***
* Dr Asman Abnur, SE, Msi adalah seorang pengusaha, politisi, akademisi. Makalah ini disampaikan pada sharing session dan kuliah umum di Politeknik Pariwisata NHI Bandung, Selasa (21/10/2025)