29.9 C
Indonesia
BerandaPROFILE STORIESMustofa Widjaja

Mustofa Widjaja

-

Artikulli paraprak
Artikulli tjetër

By Socrates – Mustofa Widjaja lahir di Kediri, 15 Desember 1951. Masa kecil dilaluinya di kota Malang, Jawa Timur. Ia sekolah di Sekolah Dasar Negeri Klojen Lor Malang, melanjutkan ke SMP Negeri 3 Malang dan SMA Negeri 3 Malang. Mustofa sempat kuliah di Universitas Brawidjaja tahun 1972. Setahun kemudian, ia diterima di jurusan Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung dan meraih gelar insinyur tahun 1979. Mustofa mulai meniti karir menjadi staf Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang ditugaskan di PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN)  tahun 1979 yang kemudia berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia. Setelah itu, Mustofa sempat ditugaskan di PT PAL Indonesia selama dua tahun.Mustofa Widjaja menjadi pegawai Otorita Batam sejak tahun 1982. Ia menghabiskan lebih separuh umurnya mengabdi di Otorita Batam. Di masa kepemimpinannya juga, berganti nama menjadi BP Batam. “Saya mulai bekerja di Batam sejak masih bujangan, sampai punya menantu” katanya. Mustofa menikah dengan Drg Indriani Yuliati dan dikaruniai tiga orang anak, yakni Dika Wijayanti Hapsari, Dhira Dwijayanti Yogaswari dan Dhinda Trijayanti Vitriani.

Tahun 1989 sampai 1992 Mustofa Widjaja dipercaya menjadi Direktur Perencanaan Otorita Batam. Tugasnya adalah merumuskan dan mengendalikan perencanaan pengembangan wilayah. Mengelola pembangunan, dan pengembangan kawasan Batam sebagai pusat industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata.

Pimpro Jembatan 2 Barelang

Mustofa juga pimpinan proyek Jembatan 2 Barelang, dari tahun 1993 sampai selesai tahun 1997. Jembatan ini merupakan jembatan Balance Cantilever Box Gierder, Single Box terpanjang di Indonesia, 420 meter dan lebar 18 meter yang menghubungkan Pulau Tonton dan Pulau Nipah. Pulau Nipah direncanakan sebagai kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar alam dan ilmu pengetahuan.

Jembatan ini memiliki ketinggian box bervariasi dari 9 meter pada pilar utama sampai 4 meter di tengah bentang. Yang terdiri dari dua jalur yang dipisahkan oleh median dan setiap jalur memiliki dua lajur yang dilengkapi dengan trotoar selebar 2,1 meter pada setiap pinggir jembatan untuk pejalan kaki.

Pondasi pangkal jembatan terdiri dari dua tipe, yaitu pondasi dangkal dan pondasi Bored Pile. Data teknis lain bahwa jembatan ini memiliki panjang bentang utama 160 meter dengan ruang bebas vertikal setinggi 15 meter dari permukaan air surut. Jembatan ini dinamakan Nara Singa II seorang Panglima Raja Indragiri Hulu, Riau.

Setelah itu, Mustofa dipercaya menjabat sebagai Kepala Bagian Pemasaran Otorita Batam dari 1998 sampai 1999, dan selanjutnya Irban Kepegawaian Otorita Batam Kasubdit Binmas Otorita Batam sampai 2001. Karirnya meningkat. Setelah itu, Mustofa dipercaya menjadi Direktur Permukiman Otorita Batam  dari 2001 hingga 2003 dan Deputi Wasdal Otorita Batam dari 2003 sampai 2005.

Jabatan Pelaksana Tugas Ketua Otorita Batam disandangnya sejak 28 April 2005 menggantikan Ismeth Abdullah yang maju sebagai calon Gubernur Kepri. Posisi pelaksana tugas mengantarnya sebagai Ketua Otorita Batam secara definitif sejak 8 Juni 2006.

Otorita Batam Berubah ke BP Batam

Mustofa Widjaja menjadi Ketua Otorita Batam terakhir. Sebab, Otorita Batam berubah nama menjadi Badan Pengusahaan Batam atau BP Batam. Perubahan dari Otorita Batam menjadi Badan Pengusahaan (BP) Batam terjadi pada tahun 2007 melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2007.

Perubahan ini juga merupakan bagian dari penyesuaian status Batam, Bintan, dan Karimun menjadi Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB). Dengan perubahan ini, Otorita Batam yang awalnya bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pembangunan Pulau Batam, diubah menjadi Badan Pengusahaan Batam yang berada di bawah Dewan Kawasan Pusat Batam.

Terlama Kedua setelah Habibie

Mustofa Widjaja adalah Ketua Otorita Batam yangg keenam. Ia menjabat sebagai Ketua Otorita Batam dan Kepala BP Batam selama sebelas tahun. Dari tahun 2005 sampai tahun 2016. B.J. Habibie menjabat sebagai Ketua Otorita Batam selama 20 tahun, yaitu dari tahun 1978 hingga 1998. Ia mengakhiri jabatannya setelah terpilih menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia ke-7.

Pada masa kepemimpinan Mustofa Widjaja, fokus pada peningkatan sarana dan prasarana, penanaman modal dan kualitas lingkungan hidup. Ia berhasil mendapatkan status kelembagaan Otorita Batam yang jelas dengan terbitnya UU Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, serta peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 2011.

Dalam hiruk pikuknya perubahan Otorita Batam menjadi BP Batam, Mustofa Widjaja berhasil meyakinkan publik dan masyarakat bahwa keberadaan BP Batam masih sangat penting dan amat diperlukan. Di masanya juga peresmian FTZ Dengan terbitnya UU 44/2007 Terbentuknya Dewan Kawasan Perubahan Otorita Batam menjadi Badan Pengusahaan Batam (PP 46/2007 diubah menjadi PP 5/2011)

BP Batam menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dapat mencari dan mengelola anggaran sendiri (PP 6/2011) Mewujudkan E-Government Perpusatakaan khusus BP Batam Pemetaan jalan pembangunan Batam 2011—2015 Upaya Batam sebagai Transhipment.

Selama 34 bekerja di BP Batam, banyak hal yang berkesan bagi Mustafa. Sebab, Batam kota yang sangat dinamis. Mustafa mengikuti derap langkah Batam sampai seperti sekarang. ‘’Banyak hal-hal baru disini. Bandara Hang Nadim termasuk yang terbaik. Landasannya terpanjang di Indonesia. Batam yang pertama bangun jembatan di atas laut, lebih dulu dari Suramadu. Batam harus punya infrastruktur yang bagus, baik ke dalam maupun keluar pulau. Saya ingin Batam punya jalan tol dan prosesnya masih berjalan. Jalan layang sudah dimulai, meskipun belum jadi,’’ katanya.

Saat itu, jalan layang atau fly over, sedang dibangun di Simpang Jam. Perempatan ini menghubungkan Jalan Jenderal Sudirman, arah ke Lubuk baja dan Simpang Kabil – Jalan Gajah Mada, arah Sekupang dan Jalan Raja Haji Fisabilillah, arah Batam Centre. Flyover yang diberi nama Laluan Madani ini,  diresmikan 21 Desember 2017.

Jalan tol dan jalan layang, kata Mustafa, akan memperlancar arus transportasi di kota pulau ini. Sehingga, kendaraan berat seperti trailer, tidak bercampur dengan sepeda motor dan kendaraan umum. ‘’Saya pernah lihat kecelakaan trailer dan sepeda motor, waduh, jalan jadi macet total,’’ katanya, bergidik.

Ia mengaku bangga pernah menjadi ketua BP Batam. Sebab, perhatian pemerintah pusat terhadap Batam sangat besar. Selain itu, harapan terhadap Batam juga sangat tinggi. ‘’Saya bangga karena Batam ini satu-satunya di Indonesia,’’ katanya. Kawasan yang menggunakan label FTZ hanya di Sabang, Bintan, Karimun dan Tanjungpinang. Begitu juga yang termasuk KEK seperti Bitung, Tanjungapi-api. Tapi, Batam infrastruktur dan SDM-nya lebih siap, dan diharapkan lebih maju dan berskala internasional.

Mustafa mengingatkan, apa yang terjadi di Batam segera menjadi perhatian nasional dan internasional. Termasuk aksi demo di Batam. ‘’Kalau mau demo boleh, dan ada tempatnya, jangan anarkis. Sebab, sekali demo anarkis, investor akan pergi dan mereka dapat cerita dari mulut ke mulut. Apa yang terjadi di Batam, menyebar dengan cepat. Kita jangan bersumbu pendek dan gampang tersulut,’’ tuturnya.

Mustafa mengaku tidak merasa gagal jadi Ketua BP Batam. Sebab, sering muncul isu ia bakal diganti, tapi tak jadi-jadi. ‘’Saya jadi ketua BP Batam sudah sepuluh tahun. Ibarat pelari estafet, dia tidak akan berlari sampai garis finish. Dia akan kalah sama tim yang lain. Prinsip saya, begitu saya naik, suatu saat saya akan turun. Saya menyerahkan tongkat estafet agar tim lain bisa berlari lebih cepat,’’ katanya.

Selama ia menjabat Ketua Otorita Batam dan Kepala BP Batam, gaya kepemimpinan Mustofa terasa adem dan mengayomi semua pihak. Ia kerap menjadi pembicara dalam seminar berskala nasional dan internasional. Antara lain, lokakarya perencanaan pengembangan Bio-Island.  Trade, Investment and Business Opportunities : The New Chapter Indonesia – Singapore Forum, dan Tata Ruang Wilayah Kepri yang Mampu Manjawab Tantangan Masa Depan.

Ia juga menjadi pembicara tentang peluang investasi di Batam di Osaka dan Tokyo serta Den Haag, Belanda. Infrastructure Development Opportunities in Batam – FTZ Indonesia di Washington DC Amerika Serikat. Seminar Promosi dan Business Gathering dengan pengusaha Jepang dan Korea.

Mustofa Widjaya mengakhiri jabatannya sebagai Kepala BP Batam pada April 2016. Bagaimana perasaan Mustafa setelah diganti?  ‘’Secara pribadi saya lega. Anda bisa bayangkan, memimpin 2.500 orang karyawan dengan segala problemanya. Ada karyawan di bandara, pelabuhan laut, rumah sakit, Ditpam dan pemadam kebakaran, kantor air dan ada yang di kantor BP Batam,’’ katanya.

Mustofa Widjaja pernah menjadi Komisaris PLN Batam dari tahun 2004 sampai 2010.  Komisaris Utama PT (Persero) Batam dari tahun 2007 sampai 2013 serta Komisaris Utama PT (Persero) Pelindo I  dari tahun 2012 sampai 2016.

Ia berharap, ke depan Indonesia punya lebih dari satu daerah seperti Batam untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Kepada ribuan karyawan BP Batam, Mustafa berharap mereka terus meningkatkan kemampuan, kualitas dan keunggulan sumber daya manusia.

Kepada kalangan pengusaha, ia berpesan agar tetap berinvestasi di Batam karena Batam masih tetap menjanjikan sebagai kawasan bisnis. ‘’Pupuklah rasa memiliki Batam karena Batam adalah proyeknya Indonesia. Jagalah iklim investasi. Dan ini tanggungjawab semua pihak,’’ katanya.

Menurut Mustofa Widjaja, pekerjaan rumah yang harus diselesaikan BP Batam antara lain, kereta monorail, membangun jalan tol dan infrastruktur serta membangun pelabuhan kontainer di Tanjungsauh.

Lalu, kemana Mustafa Wijaya setelah ini? ‘’Saya ingin menulis tentang Batam dari sisi seorang pelaksana mulai dari staf, hingga jadi pimpinan. Ada juga yang minta saya mengajar dan jadi dosen. Yang jelas, saya mau santai dulu,’’ katanya, tersenyum.

Belakangan, Mustofa Widjaja mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI periode 2019 – 2024 tapi gagal. Mustofa Widjaja maju sebagai bakal calon Wali Kota Batam pada 2020. Tahun 2024 Mustofa Widjaja juga mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Partai Demokrat, namun ia belum berhasil. ‘’Saya masih ingin berbuat sesuatu untuk Kepulauan Riau,’’ alasannya mencalonkan diri. ***

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

LATEST POSTS

Jefridin

By Socrates – Jefridin lahir di Selatpanjang, 25 Desember 1968. Selatpanjang adalah kota di kawasan pesisir Riau yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Sejak dulu,...

Jumaga Nadeak

By Socrates - Namanya Jumaga Nadeak. Orang biasa memanggilnya Opung. Ia lahir di Tapanuli Utara, 11 Oktober 1957. Sudah enam periode, Jumaga menjadi wakil rakyat....

Afdhalun A Hakim

By Socrates - Ia dokter pertama yang memasang ring di jantung pasien di Batam. Mahasiswa teladan, dokter teladan dan dokter terbaik ini, kini direktur Rumah...

Johanes Kennedy Aritonang

By Socrates - Johanes Kennedy Aritonang lahir tanggal 5 Agustus 1961. Masa kecil dan remajanya, dilaluinya di Pekanbaru. Saat berusia 24 tahun, tahun 1985 ia...
[td_block_social_counter style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" facebook="tagdiv" twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" custom_title="Follow us" block_template_id="td_block_template_11" border_color="#fbb03b" f_header_font_size="eyJhbGwiOiIyMCIsInBvcnRyYWl0IjoiMTgifQ==" f_header_font_weight="600" f_header_font_family="702" f_header_font_transform="uppercase" tdc_css="eyJwb3J0cmFpdCI6eyJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3NjgsInBob25lIjp7Im1hcmdpbi1ib3R0b20iOiI0MCIsImRpc3BsYXkiOiIifSwicGhvbmVfbWF4X3dpZHRoIjo3NjcsImFsbCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn19"]

Most Popular

spot_img