By Socrates – Namanya Asep Carno. Orang Sunda. Kadang dipanggil Kang Asep. Ia juga suka menyebut dirinya Asep Cahaya. Sejak kecil, Asep Carno suka melukis. Ia terinspirasi melihat seorang mahasiswa melukis di kampungnya. Asep belajar otodidak, lalu melukis dinding tembok rumahnya dengan cat minyak.
Diam-diam, ia membeli cat minyak kaleng kecil dari uang jajan yang dikumpulkan-nya. Malam-malam, ia mulai melukis tembok rumahnya. Orang tuanya marah. Asep asal Cianjur Jawa Barat ini, datang ke Batam tahun 2009 ikut kakaknya berkebun di Tembesi. Di Batam ia mulai serius menggeluti dunia seni lukis. Ia mulai menjual lukisan dan frame. Lalu memberanikan diri buka toko di DC Mall. Namanya Cahaya Frame.
Rumah Tetangga Jadi Galeri
Lokasi jualan di Nagoya digusur. Namun, wabah Covid-19 melanda dunia. Lukisan tidak laku. Asep tidak mampu bayar sewa ruko. Ia lalu buka usaha di rumahnya. Tiap malam, Asep melukis. Rumahnya penuh sesak dengan lukisan.Awalnya, ia titip lukisan ke tetangga. Kalau terjual, ia membagikan keuntungan dengan tetangga. Sistim bagi hasil. Dari situ ia berpikir, kalau banyak rumah mau dititipkan lukisan, hasilnya lumayan. Rumah tetangga menjadi galeri lukisannya. Tetangganya bisa menjual di atas harga modal dan dapat keuntungan dari penjualan lukisan.
Kampung Seni Batam
Lukisannya makin bertambah banyak. Kemana ribuan lukisan ini disimpan? Asep menggagas dan mempelopori Kampung Seni Batam di perumahan Bida Kharisma tahun 2019.
Ia melibatkan warga. Caranya, lukisannya yang banyak itu, dipajang di rumah warga. Rumah warga menjadi galeri lukisan, potret, kerajinan dan mural. Ada ribuan lukisan yang dipajang.
Mimpinya adalah, bagaimana agar Kampung Seni Batam menjadi salah satu destinasi wisata baru. Turis datang, ekonomi warga berkembang. Itulah harapan warga Kampung Seni Batam. Lukisan, souvenir, gantungan kunci, hingga karnaval dan festival ikan cupang.
Tetangga kiri kanannya, mulai tertarik rumah mereka dijadikan galeri lukisan. Wisatawan yang datang, diajak berkeliling komplek ke rumah warga, melihat lukisan. Asep mendirikan Kampung Seni Batam tahun 2019. Â Ini menjadi brand tersendiri bagi Asep dan warga perumahan Bida Kharisma. Namun, ada juga beberapa warga yang menolak.
Bangun Gapura
Di pintu masuk perumahan, dibangun gapura ikonik dengan dana swadaya masyarakat menjadi simbol Kampung Seni Batam.
Harga lukisan mulai dari Rp35 ribu sampai Rp10 juta. Sebagai bagian dari promosi, Asep dan warga perumahan Bida Kharisma membuat lukisan ciri khas Batam seperti Jembatan Barelang. Sebagian hasil penjualan disisihkan untuk pengembangan lingkungan.
Asep Carno tinggal di Perumahan Bida Kharisma, RT 02-04/RW 37, Kelurahan Belian, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam. Komplek perumahan inilah yang dijadikan Kampung Seni Batam.
Kawasan ini merupakan kecamatan terpadat kedua di Batam, setelah Kecamatan Sagulung. Jumlah penduduk Kecamatan Batam Kota 188.000 jiwa dan jumlah penduduk Kelurahan Belian 84.600 jiwa merupakan keluharan terpadat di Batam dan Kepulauan Riau. Lokasinya strategis. Hanya 15 menit dari pelabuhan internasional Batam Centre. Dan 10 menit dari bandara Hang Nadim.
Dikunjungi Wisatawan Asing
Produk utama Kampung Seni Batam adalah lukisan dan frame. Asep Carno menyewa sebuah rumah untuk menyimpan lukisan serta dijadikan Rumah Kreatif, tempat warga membuat aneka kerajinan tangan seperti gantungan kunci, lukisan dan kerajinan tangan.
Peluang Kampung Seni Batam, cukup besar. Rata-rata kunjungan wisatawan ke Batam mencapai 12.000 orang setiap bulan. ‘’Kalau kita bisa menjaring 10 persen tamu ke Kampung Seni Batam, saya yakin warga Bida Kharisma akan makmur,’’ kata Asep Carno.
Kampung ini sering dikunjungi turis Malaysia, Singapura, Thailand dan bule-bule dari Eropa. Kunjungan wisatawan ke Kampung Seni Batam masih belum stabil dan naik turun. Tapi, pernah kampung ini sekali datang, dikunjungi 180 orang. Ada yang membeli lukisan, ada juga yang datang belajar melukis.
Sejak Kampung Seni Batam didirikan, cukup berpengaruh terhadap masyarakat, terutama yang tinggal di perumahan Bida Kharisma. Kampung Seni Batam telah mengalami perubahan drastis tanpa bantuan pemerintah, tetapi dukungan pemerintah sangat penting untuk mengembangkan konsep pariwisata transit ini.
Kampung Seni Batam bukan hanya tempat berkumpulnya produk seni, tetapi juga tempat di mana warga diajarkan untuk menciptakan seni dan berkreasi. Setiap rumah di kampung ini menjual barang seni, menciptakan pendapatan tambahan bagi penduduk setempat.
Tahun 2020, Kampung Seni Batam telah memiliki kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan masuk dalam deretan pilihan destinasi wisata di Kota Batam. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam juga gencar memperkenalkan kampung seni itu dengan memberikan informasi serta rekomendasi kepada para agen perjalanan, agar Kampung Seni dijadikan pilihan destinasi wisata.
Warga di Kampung Seni Batam membutuhkan ruang serbaguna. Saat ini, sudah dibangun pondasi ruang serbaguna berukuran 10 x 30 meter yang direncanakan dua lantai. Lantai dasar untuk workshop dan lantai dua untuk pentas seni.
Untuk meningkatkan eksistensi Kampung Seni Batam agar lebih dikenal masyarakat hingga wisatawan mancanegara, kampung itu direncanakan menghadirkan sebuah sanggar seni, yang ke depan menampilkan rangkaian pentas seni teater, tarian tradisional, serta musik tradisional untuk menghibur para wisatawan.
Batam sejak dulu tiga besar destinasi wisata Indonesia, setelah Bali dan Jakarta. Corona tiba, Pariwisata Batam terdampak paling parah. Batam miskin destinasi dan minim atraksi. Padahal, roh pariwisata adalah destinasi. Kampung Seni Batam, sangat layak menjadi salah satu destinasi unggulan Batam.

